Kebaikan Tetap Berlanjut, Walau Ramadhan Berakhir.

Sahabat Pena Muslim! Sesungguhnya hak Allah tidak akan berhenti dengan perginya bulan Ramadhan, namun kebaikan tetap harus dipenuhi dan berlanjut sampai kematian menjemput. Maka merugilah suatu kaum yang hanya bersungguh-sungguh dalam ketaatan di bulan Ramadhan, kemudian dia ganti dengan kelalaian, bersenang-senang, dan kemaksiatan setelahnya. Allah berfirman,

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حتّى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْن

“ Dan sembahlah tuhanmu sampai ajal menjemputmu.”

Ayat ini menunjukkan bahwa hak Allah tidak akan berhenti sampai kematian menghampiri kita, sebagimana Isa alaihissalam berkata, “Sesungguhnya Rabku memerintahkanku Untuk mendirikan shalat dan membayar zakat selama aku hidup.”

Sesungguhnya Allah adalah Rabb yang memiliki Ramadhan, Rabb di bulan Syawal, dan Rabb di seluruh bulan.  Maka setiap muslim senantiasa konsisten dan istiqamah dalam ketaatan, dengan menjaga ibadah puasanya, sedekahnya, shalat malamnya, juga membaca Al-Quran , karena amalan shaleh tetap terus ada di sepanjang waktu. 

Seharusnya seorang muslim yang telah lulus dari madrasah Ramadhaniah, ketakwaannya dan amal ibadahnya harus lebih meningkat, karena tanda diterimanya suatu amalan dibulan Ramadhan adalah dia yang diberi petunjuk untuk berbuat kebaikan setelah melakukan kebaikan.

Ibnu Rajab berkata, “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan kemudian dia tetap konsisten melakukannya di hari setelahnya, Maka ketahuilah bahwa itu tanda diterimanya amalan”.   

Baca juga : Menyambut 10 Terakhir Bulan Ramadhan

Selayaknya seorang muslim yang cerdas tidak meninggalkan ketaatan yang telah dilakukan selama Ramadhan, lalu diganti dengan kemaksiatan dan kelalaian pada bulan setelahnya, ibarat orang yang mengurai benang lalu dipintai dengan kuat, kemudia dia cerai-beraikan kembali.

Allah berfirman,

وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا

“Dan janganlah kalian menjadi seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintai dengan kuat, kemudian dia cerai-beraikan kembali.”

Merasa Puas dengan Kebaikan Yang Telah Dilakukan.

Ketahuilah, bahwa tipu daya syaithan yang selalu dibisikkan ke kaum muslimin untuk menghancurkan amalan-amalan mereka dengan sifat puas dan cukup, perasaan bahwa ia telah mengumpulkan banyak kebaikan selama Ramadhan.

Maka tidak heran jika sebagian muslimin merasakan kebebasan jika Ramadhan berakhir, seakan-akan merasa dikekang selama Ramadhan, kemudian dengan perginya Ramadhan mereka kembali jatuh ke jurang kelalaian dan kemaksiatan.

Allah berfirman,

وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ

“Dan janganlah kalian (mengira) telah beramal banyak kepada tuhanmu.”

Dikisahkan para ulama terdahulu, jika Ramadhan telah pergi meninggalkan mereka, maka mereka akan menampakkan kesedihan dan kecemasan karena takut atas amalannya selama Ramadhan tidak diterima; karena mereka sadar bahwa Allah tidak menerima amalan kecuali dari orang-orang yang bertakwa. Allah berfirman,

إنما يتقبل الله من المتقين

“Sesungguhnya Allah hanya menerima Amalan dari orang-orang yang bertakwa.”

Ibnu Rajab berkata, “Para ulama salaf terdahulu jika Ramadhan telah berakhir maka mereka berdoa selama enam bulan agar amalan-amalannya diterima disisi Allah, kemudian selama enam bulan yang tersisa mereka berdoa agar berjumpa dengan Ramadhan di tahun depan.”

Berbahagialah Di Hari Raya Dengan Rasa Syukur.

Sahabat! Berbahagialah di hari ‘id ini dengan bersyukur atas kenikmatan yang diberikan selama bulan Ramadhan sehingga kita mampu untuk menyempurnakan puasa dan shalat kita. Maka atas kenikmatan ini kita bergembira, bukan bergembira dan merayakan ‘id karena bulan Ramadhan telah berakhir, Karena hakikat dari hari ‘id adalah dia yang mendapati keselamatan di dunia dan di akhirat.

Hasan Al-Bashri berkata, “Hari ‘id adalah hari yang tidak ada didalamya maksiat dan kemungkaran, dan setiap mukmin yang konsisten dalam ketaatan, bersikir dan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan maka dia berhak untuk mendapatkan ‘id.”

Umar bin Abdul Aziz berkata ke putrinya, “Wahai anakku! Sesungguhnya hari raya itu bukan diperuntukkan bagi orang yang memakai baju baru, akan tetapi dia yang selalu takut dengan hari pembalasan.”

Semoga Allah menerima puasa dan qiyam, dan memberi kesempatan untuk bertemu kembali bulan ramadhan yang penuh berkah.    

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

scroll to top