Kisah Abu Thayyib At-Thabari

Siapa Abu Thayyib At-Thabari?

Imam Abu Thayyib At-Thabari salah seorang imam besar dari kalangan madzhab Syafi’i. Wafat pada tahun 450 H. Berumur seratus tahun lebih. Diriwayatkan walaupun umur beliau sepuh, namun ia masih sanggup bekerja, mengajar, dan berfatwa. Bahkan kekuatan hafalan, ketajaman pemahaman, dan kekuatan anggota tubuhnya bagaikan pemuda-pemuda pada umumnya.[1]

Imam Ibnu Katsir berkisah: Suatu hari, beliau dan bersama beberapa muridnya menaiki perahu untuk berlayar. Dan saat itu umur beliau sudah mencapai delapan puluh tahun. Ketika perahu menepi dan mendekati pantai, beliau meloncat dengan loncatan yang tinggi, seakan-akan bukan orang tua yang berumur delapan puluh tahun.

Beberapa muridnya mencoba menirukan gaya loncatannya, akan tetapi mereka tidak mampu. Salah satu dari mereka bertanya keheranan:

“ Wahai Imam! Bagaimana bisa engkau meloncat dengan loncatan seperti tadi, bahkan kami yang masih muda tidak mampu melakukannya?”

Abu Thayib menjawab,”Wahai murid-muridku! Sesungguhnya sejak kecil aku telah menjaga anggota tubuhku dari bermaksiat kepada Allah, sehingga Allah menjaga tubuhku di masa tua.[2]

Baca juga : Kakek Tua dan Uang 3,5 Miliar

Jagalah Allah maka Allah menjagamu.

Betapa istemawa jawaban yang diucapkan oleh sang Imam, kalimat yang mempunyai makna yang agung bagi siapa yang memahaminya. Kalimat ini menunjukkan bahwa sesungguhnya barang siapa yang menjaga dirinya di masa muda, dengan menta’ati seluruh perintah Allah dan menahan dirinya dari maksiat kepada-Nya, maka Allah berjanji  menjaga dia di waktu tua.

Allah akan menjaga ketajaman pikirannya, penglihatan, pendengaran, lidah, kekuatan tangan, kaki, dan seluruh anggata tubuhnya dari penyakit, karena dia telah berusaha menahan diri dari bermaksiat kepada Allah ta’ala. Sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam:

 احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ       

“ Jagalah hak-hak Allah (di masa muda dan lapang), maka Allah akan menjagamu (di masa tua dan sempit).” [HR. At-Tirmidzi: 2516]  

Sebaliknya, barang siapa yang tidak menjaga hak-hak Allah dengan bermaksiat kepada-Nya di masa muda, maka Allah tidak akan menjaga dirinya di waktu dia tua. Karena itu, sebagian ulama dahulu jika melihat orang tua dengan keadaan yang lemah. Baik lemah dari pikirannya, penglihatan, pendengaran, atau  anggota tubuh lainnya, maka mereka akan mengomentarinya seraya berkata; “Mungkin orang tua ini dahulu tidak menjaga hak-hak Allah di masa mudanya, maka Allah membiarkannya di masa tuanya sebagai balasan bagi dirinya.[3]

Oleh karena itu, hendaknya seorang muslim selama masih diberi kekuatan dan masa mudanya untuk bersungguh dalam menjaga hak-hak Allah, dengan mengerjakan shalat, zakat, berbakti kepada orang tua, dan seluruh perintah-perintah-Nya. Dan juga meninggalkan seluruh larangan-larangan-Nya.

Semoga Allah memberi taufik kepada semuanya.


[1]  Siyar A’lami An-Nubala: 17/668

[2]  Al-Bidayah Wa An-Nihayah: 12/99

[3]  Jami’ Al-‘Ulum Wa Al-Hikam: 1/458

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

scroll to top