Oleh: Ryan Hidayatullah Lc.
Mengubah Takdir dengan Do’a, Bisakah?
Sesungguhnya Allah telah menetapkan dan mencatat takdir seluruh makhluk ciptaan-Nya semenjak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Semua taqdir yang telah ditetapkan dan tercatat di lauhil mahfudz, tidak dapat berubah dan tidak ada satu makhluk-pun yang mengetahui apa yang telah ditetapkan atasnya.
Akan tetapi, ada sebagian muslimin merasa bingung dengan hadist yang menunjukkan bahwa taqdir dapat berubah. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لا يرد القدر إلا الدعاء، ولا يزيد في العمر إلا البر
“Taqdir yang telah ditetapkan tidak dapat ditolak kecuali dengan doa, dan umur seseorang tidak bisa bertambah kecuali dengan melakukan kebaikan.”1
Hadist ini menunjukkan bahwa taqdir bisa berubah dengan doa, dan umur dapat bertambah dengan kebaikan, lalu benarkah taqdir dapat berubah? bukankah taqdir yang sudah ditetapkan dan tertulis tidak dapat berubah?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka kita harus memahami maksud dari taqdir dalam hadist ini. Bukan maksud dari hadist ini bahwa taqdir yang telah ditetapkan dan tertulis di lauhil mahfudz bisa berubah-ubah, karena setiap taqdir yang telah Allah tetapkan di lauhil mahfudz harus dan pasti terjadi sesuai dengan kehendak-Nya. Allah ta’ala berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الأَرْضِ وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya” (QS Al-Hadid [57]: 22)
قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلاَّ مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا
“Katakanlah (Muhammad), tidak akan ada yang dapat menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami.” (QS. At-Taubah [9]: 51)
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
“Sungguh, Kami menciptakan sesuatu menurut ukuran (yang telah Kami tetapkan).” (QS. Al-Qamar [54]: 49)
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini tidak akan terjadi kecuali apa yang telah Allah tetapkan dan tertulis dalam kitab-Nya. Tidak ada yang dapat menghindar dan menolaknya, dan takdir ini bersifat taqidr mubram yaitu taqdir yang tidak dapat berubah. Jadi, taqdir yang sudah tertulis dalam lauhil mahfudz tidak akan berubah dan berganti. (Lauhul Mahfudz adalah kitab yang mana Allah mencatat semua taqdir seluruh makhluk di alam semesta, sejak awal penciptaannya hingga akhir dari zaman)
Adapun taqdir yag dimaksud dalam hadist di atas adalah taqdir mu’alaq yang terjadi karena diikuti dengan adanya sebab. Maksudnya, Allah menetapkan sesuatu kejadian karena adanya sesuatu sebab.2
Misalnya, seseorang telah Allah taqdirkan tertimpa suatu penyakit. Di samping itu juga, Allah ta’ala telah menetapkan sebab untuknya agar dia terhidar dari penyakit tersebut, dan sebab itu adalah doa, Sehingga barang siapa yang memperbanyak doa, maka dia akan selamat dan terhidar dari penyakit tersebut. Dan terhindarnya dia dari penyakit tersebut, telah tertulis di lauhil mahfuzd.
Begitu juga yang dimaksud umur seseorang bisa bertambah dengan melakukan kebaikan, dalam riwayat yang lain atau dengan menjaga silaturahmi. Umur seseorang telah ditentukan dan sudah tertulis dalam kitab-Nya. Jadi, bukan maksud hadist ini bahwa Allah merubah apa yang telah ditetapkan dan tertulis, melainkan Allah telah mentaqdirkan agar umurnya dipanjangkan dengan adanya sebab tersebut, Yaitu silaturahmi dan melakukan kebaikan. Dan sebab yang berpengaruh terhadap musabbab (akibatnya) berjalan atas kehendak dan ketetapannya.
Baca juga: Kakek Tua dan Uang 3,5 Miliar
Kesimpulannya:
Taqdir atau ketetapan Allah terbagi dua macam:
Pertama : Qadr mubram yaitu takdir yang bersifat azali (tidak dapat berubah).
Kedua : Taqdir mu’alaq yaitu taqdir yang bergantung dengan adanya sebab dan akibat, ketetapan ini bisa berubah dengan adanya sebab. Penjelasan ini juga terkait dalam firman Allah ta’ala:
يَمْحُ الله مَا يَشَاء وَيُثْبِت وَعِنْدَه أُمُّ الكِتَاب
“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul Kitab (Lauhul Mahfudz).” (QS. Ar-Ra’du: 39)
Maka Allah ta’ala kuasa untuk mengubah taqdir seseorang atas kehendaknya. Sungguh Allah dapat menjauhkan seseorang dari mara bahaya karena doa, dan mampu memanjangkan umur seseorang karena kebaikan yang dikerjakannya. Dan sesungguhnya semua berjalan atas taqdir yang telah ditetapkan-Nya.
Hadist ini mengajarkan agar seorang muslim yang cerdas memperbanyak do’a kepada Allah untuk kebaikan dirinya, karena do’a yang dipanjatkan muslim dapat mendatangkan taqdir yang baik, bahkan dapat menghindarkan keburukan yang telah ditetapkan bagi dirinya. Karena itu, para sahabat dan juga orang-orang shaleh terdahulu sering meminta agar ditetapkan taqdir yang baik dan dijauhi keburukan.
Diriwayatkan, bahwa Umar Bin Khatab ketika beliau sedah thawaf di Ka’bah pernah berdo’a: Ya Allah, jika engkau telah menetepkan untukku kesengseraan maka hapuslah, dan tetapkanlah untukku kesenangan dan ampunanmu diakhirat kelak. Sesungguhnya Engkau kuasa untuk menghapus dan menetapkan apa yang Engkau kehendaki3. Beginilah pemahaman yang harus tertanam pada diri seorang muslim, agar selalu optimis dan yakin atas kebaikan yang telah ditetapkan untuknya.
Semoga Allah memberi taufik kepada semuanya.
Sumber rujukan:
1. Sunan At-Tirmidzi (4/448).
2. Syarah Sunan Abi Daud, karangan Syehk Abdul Muhsin Al-Abbad (3/173). Tuhfatul Ahwazdi (6/290).
3. lihat selengkapnya, Tafsir Ibnu Katsir (4/404).